TUGAS INDIVIDU
KUMPULAN
RESUME MAKALAH
PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
Oleh:
Nama : Siti Amini Haris
NIM
: 20700114045
Kelas
: Pendidikan Matematika 3,4
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
bertema “Pendugaan
Parameter”
ini. Tak lupa shalawat
serta salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang kita nantikan
syafaat nya di hari kiamat nanti.
Penulis yang
merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UIN-AM) yang ditugaskan untuk
membuat makalah dengan tema “Pendugaan
Parameter”.
Tugas makalah
ini merupakan salah satu tugas dari mata
kuliah wajib untuk setiap mahasiswa dalam ruang lingkup Jurusan
Pendidikan Matematika kelas 3-4, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
Makalah ini membahas mengenai pengertian
pendugaan dan penduga, cirri-ciri penduga yang baik dan jenis-jenis pendugaan.
Makalah ini
tidak serta merta dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak.
Oleh karena ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
tidak bisa disebutkan namanya satu per satu yang telah ikut andil dalam proses
penyelesaian makalah
ini baik langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa sekeras
apapun usaha yang dilakukan,
ketidaksempurnaan pasti mengiringinya, karena kesempurnaan itu hanya
milik Allah SWT semata. Begitupun dalam penulisan makalah ini yang masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun sehingga dalam penulisan berikutnya dapat lebih baik dari makalah ini. Akhir kata, semoga segala
usaha kita dapat bernilai ibadah dan mendapat ridho di sisi-Nya, Amin ya Rabb…
Makassar, Mei 2016
Kelompok V
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR
ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pendugaan dan Penduga....................................................... 3
B.
Ciri-ciri Penduga yang Baik.................................................................... . 4
C.
Jenis-jenis Pendugaan............................................................................. 8
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................................. 13
Daftar
Pustaka.................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah
key term, 'istilah
kunci' yang paling
vital dalam setiap
usaha pendidikan. Belajar merupakan
suatu aktivitas mental/psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai sikap,
dan perubahan itu bersifat
secara relatif konstans dan membekas.
Pribadi manusia
itu dapat berubah
karena dipengaruhi oleh
sesuatu, karena itu
ada usaha untuk mendidik
pribadi dan membentuk
pribadi. Belajar juga
memainkan peran penting dalam
mampertahankan kehidupan sekelompok
umat manusia (bangsa)
di tengah tengah persaingan
yang semakin ketat
di antara bangsabangsa
lainnya yang lebih
dahulu maju karena belajar.
Akibat persaingan tersebut,
kenyataan tragis bisa
pula terjadi karena belajar.
Menurut Muhibbin
Syah, seorang peserta
didik yang menempuh
proses belajar, idealnya ditandai
oleh munculnya pengalamanpengalaman psikologis
baru yang positif, yaitu pengalamanpengalaman bersifat
kejiwaan yang diharapkan
dapat mengembangkan aneka ragam
sifat, sikap, dan kecakapan yang konstruktif, bukan kecakapan yang destruktif (merusak).
Namun, banyak ditemukan
proses pembelajaran terjadi tanpa
memperhatikan kondisi psikologis
siswa. Sejauh ini, masih
banyak teori belajar lebih menekankan peranan lingkungan dan
faktorfaktor kognitif dalam proses belajar mengajar. Hal demikian tampak
ketika peserta didik
belajar sangat dipengaruhi
oleh bagaimana dia
berpikir. Guru hanya mengidentifikasi apa
yang penting, sulit,
atau sesuatu yang
belum dikenal, dan membangkitkan informasi
yang telah dipelajari. Hal
ini juga terlihat
dari metode yang digunakan guru
masih bersifat konvensional,
yaitu ceramah dan
hafalan tanpa memperhatikan faktor
nilai yang melekat
pada diri siswa,
sehingga interaksi cenderung bersifat teacher centered (berpusat
pada guru).
Untuk mengembangkan
hal tersebut, seharusnya
dalam suatu sistem
pendidikan siswa tidak harus
menyesuaikan dengan kurikulum
(siswa untuk kurikulum),
tetapi sebaliknya, kurikulum untuk
siswa. Artinya, orientasi
belajar bukan menyelesaikan
materi, akan tetapi lebih
menekankan pada proses
penerimaaan materi. Seperti
yang diungkapkan oleh aliran
teori humanistik, orientasi belajar dalam proses pembelajaran harus berhulu dan
bermuara pada manusia
itu sendiri. Aliran
humanistik memandang bahwa
belajar bukan sekedar pengembangan
kualitas kognitif saja,
melainkan juga sebuah
proses yang terjadi dalam
diri individu yang
melibatkan seluruh domain
yang ada.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang kami angkat pada makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana
konsep teori belajar humanistik?
2. Bagaimana
tokoh-tokoh teori belajar humanistik?
3. Bagaimana
kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistik?
4. Bagaimana
model pembelajaran humanistik?
5. Bagaimana
aplikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran?
6. Bagaimana
implikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran?
7. Bagaimana
konsep teori belajar kognitif?
8. Bagaimana
tokoh-tokoh teori belajar kognitif?
9. Bagaimana
kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif?
10. Bagaimana
aplikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran?
11. Bagaimana
implikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran?
C. Tujuan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk
mengetahui konsep teori belajar
humanistik.
2. Untuk
mengetahui tokoh-tokoh teori belajar humanistik.
3. Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistik.
4. Untuk
mengetahui model pembelajaran humanistik.
5. Untuk
mengetahui aplikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran.
6. Untuk
mengetahui implikasi teori belajar humanistik dalam proses pembelajaran.
7. Untuk
mengetahui konsep teori belajar kognitif.
8. Untuk
mengetahui tokoh-tokoh teori belajar kognitif.
9. Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan teori belajar kognitif.
10. Untuk
mengetahui aplikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran.
11. Untuk
mengetahui implikasi teori belajar kognitif dalam proses pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Belajar Humanistik
Beberapa psikolog pada waktu yang sama tidak menyukai
uraian aliran psikodinamika dan behaviouristik tentang kepribadian. Mereka
merasa bahwa teori-teori ini mengabaikan kualitas yang menjadikan manusia itu
berbeda dari binatang, seperti misalnya mengupayakan dengan keras untuk
menguasai diri dan merealisasi diri. Di tahun 1950-an, beberapa psikolog aliran
ini mendirikan sekolah psikologi yang disebut dengan humanisme.
Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan
manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang
pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada
kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk mengendalikan
hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan
humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta
mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
1
Konsep
Teoi Belajar Humanistik
Teori belajar humanistik pada
dasarnya memiliki tujuan belajar untuk memanusiakan
manusia. Oleh karena itu proses belajar
dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar
telah memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Artinya peserta didik mengalami
perubahan dan mampu memecahkan permasalahan
hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.Dengan kata lain, si pembelajar
dalam proses belajarnya harus berusaha agar
lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi
diri dengan sebaikbaiknya. Tujuan utama para
pendidik adalah membantu siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masingmasing individu untuk mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensipotensi yang ada dalam diri mereka.
Awal timbulnya psikologi
humanistis terjadi pada akhir tahun 1940an
yaitu munculnya suatu perspektif psikologi baru.
Orangorang yang terlibat dalam penerapan psikologilah
yang berjasa dalam pengembangan ini.
Misalnya; ahliahli psikologi klinik, pekerjapekerja
sosial, konselor, bukan merupakan hasil
penelitian dalam bidang proses belajar. Gerakan
ini berkembang dan kemudian dikenalkan
dengan psikologi humanistis, eksternal, perseptual
atau fenomenologikal. Psikologi ini berusaha
memahami perilaku seseorang dari sudut perilaku
(behavior), bukan dari pengamat observer.
Dalam dunia pendidikan aliran humanisme muncul
pada tahun 1960 sampai dengan 1970an dan mungkin
perubahanperubahan dan inovasi yang terjadi
selama dua dekade yang terakhir pada abad ke20 ini pun juga akan menuju pada arah ini.
Perhatian psikologi humanistik
terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap
individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka
hubungkan kepada
pengalamanpengalaman mereka sendiri. Menurut
para pendidik aliran humanistis penyusunan dan
penyajian materi pelajaran harus sesuai
dengan perasaan dan perhatian siswa. Gerakan
munculnya psikologi humanistik disebabkan oleh
semacam kesadaran bersama beranggapan bahwa pada
dasarnya tidak ada teori psikologi yang
berkemampuan menjelaskan manusia sebagai suatu totalitas dan yang sewajarnya mengfungsikan
manusia. Mereka meyakini bahwa tiap individu
pada dasarnya mempunyai kapasitas serta dorongan sendiri untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya.
Menurut
aliran humanistik, para pendidik sebaiknya
melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan
merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi
kebutuhankebutuhan ini. Beberapa psikolog
humanistik melihatbahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang untuk menjadi lebih baik dan juga
belajar . Teori humanisme berfokus pada
sikap dari kondisi manusia yang mencakup
kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih
untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan
bertanggung jawab, kecemasan sebagai suatu
unsur dasar pencarian. Perkembangan pribadi yang
muncul berdasarkan keunuikan masing-masing individu.Teori ini berfokus
pada saat sekarang dan menjadi apa seorang itu dimasa
depan. Pendekatan ini menyajikan kondisi untuk
memaksimalkan kesadaran diri dan perkembangan.
Menghapus penghambat aktualisasi potensi pribadi.
Membantu siswa menemukan dan menggunakan
kebebasan memilih dengan memperluas kesadaran
diri dan bertanggung jawab atas arah
kehidupanya sendiri. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya.
Konsep pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkem-bangan
positif. Pendekatan yang berfokus pada
potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan
yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan
tersebut. Hal ini mencakup kemampuan
interpersonal sosial dan metode untuk
pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya
diri, menikmati keberadaan hidup dan juga
masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun
diri secara positif ini menjadi sangat
penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik.
Keleluasaan untuk memilih apa
yang akan dipelajari dan kapan serta
bagaimana mereka akan mempelajarinya merupakan
ciri utama pendekatan humanisme. Bertujuan untuk
membantu siswa menjadi selfdirected serta
selfmotivated leaner. Penganut paham ini yakin
bahwa siswa akan bersedia melakukan banyak
hal apabila mereka memiliki motivasi yang
tinggi dan mereka diberi kesempatan untuk
menentukan apa yang mereka inginkan. Pengertian
humanisme yang beragam membuat batasanbatasan
aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang
berbagai macam arti pula. Kata humanisme
dalam pendidikan, dalam artikel “what is
humanistic education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas
atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai
pendekatanpendekatan ini terangkum dalam
psikologi humanism.
Nilainilai penting yang ditumbuh kembangkan
dalam pendidikan humanistik sebagai berikut :
1)
Kejujuran (tidak menyontek, tidak merusak, dan bisa dipercaya).
2)
Menghargai hak orang
lain (menerima dan menghormati perbedaan
individu yang ada, mau mendengarkan orang
lain, menolong orang lain, dan bisa
berempati terhadap problem orang lain).
3)
Menjaga lingkungan
(menghemat penggunaan listrik, gas, kayu,
logam, kertas dan sebagainya. Menjaga barang milik sendiri ataupun milik
orang lain).
4)
Perilaku (mau berbagi,
menolong orang lain, ramah terhadap orang
lain, dan berlaku pantas didepan publik).
5)
Perkembangan pribadi
(menjalankan tanggung jawab, menghargai kesehatan
dan kebersihan fisik, mengembangkan bakat yang
dimiliki secara optimal, mengembangkan rasa
hormat dan rasa bangga terhadap diri
sendiri, mengontrol perilaku, memiliki sikap
berani, terhormat dan patriotik, serta menghargai keindahan).
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang
terdapat dalam dominan
efektif, misalnya keterampilan membangun dan
menjaga relasi
yang hangat dengan orang
lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan,
kesadaran, memahami perasaan
orang lain, kejujuran interpersonal, dan
pengetahuan
interpersonal lainnya. Intinya
adalah meningkatkan kualitas keterampilan interpersonal
dalam kehidupan seharihari.
Selain menitik beratkan pada hubungan
interpersonal, para pendidiknya yang beraliran
humanisme juga mencoba untuk membuat
pembelajaran yang membantu anak didik untuk
meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai
pengalaman, berintuisi, merasakan, dan
berfantasi. Pendidik humanisme mencoba untuk
melihat dalam spektrum yang lebih luas
mengenai perilaku manusia.
Melihat
halhal yang diusahakan oleh para pendidik
humanisme, tampak bahwa pendekatan ini
mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia
pendidikan. Jadi bias dikatakan bahwa emosi adalah
karakteristik yang sangat kuat yang nampak
dari para pendidik beraliran
humanisme. Karena berfikir dan merasakan
saling beriringan, mengabaikan pendidikan
emosi sama dengan mengabaikan salah satu
potensi terbesar manusia. Kita dapat
belajar menggunakan emosi kita dan mendapat
keuntungan dari pendekatan humanisme
ini sama seperti yang ingin kita
dapatkan dari pendidikan yang menitik beratkan kognitif.
2
Tokoh-Tokoh
Teori Belajar Humanistik
a.
Arthur
Combs (1912-1999)
Arthur
Combs bersama Donald Syngg menyatakan bahwa belajar terjadi apabila mempunyai
arti bagi individu tersebut. Artinya, bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru
tidak boleh memaksakan materi yang tidak disukai oleh siswa, sehingga siswa
belajar sesuai dengan apa yag diinginkan tanpa adanya paksaan sedikit pun.
Sebenarnya hal tersebut terjadi tidak lain hanyalah dari ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan sesuatu yag tidak akan memberikan kepuasan bagi
dirinya.
Dengan
demikian, pembelajar harus lebih memahami perilaku pemelajar dengan mencoba
memahami dunia persepsi pembelajar tersebut sehingga apabila ingin merubah
keyakinan atau pandangan yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari
yang lain.
Combs
berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa
pemelajar mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan
sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu.
Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa diri pemelajar untuk memperoleh
arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkan dengan
lingkungannya.
b. Abraham Maslow (1908-1970)
Teori
kebutuhan Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu selalu
terdapat dua hal : suatu usaha yang positif untuk berkembang; dan kekuatan
untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Maslow mengemukakan bahwa individu
berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada
diri maisng-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti seperti rasa
takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain
seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju kearah keutuhan, keunikan
diri, kearah berfungsinya semua kemampuan, kearah kepercayaan diri menghadapi
dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
Maslow
membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila
seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis,
barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah
kebutuhan mendapatkam rasa aman dan seterusnya. Hirarki kebutuhan manusia
menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh
guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan
motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum
terpenuhi.
Implikasi teori
ini terhadap pembelajaran
sangat penting, guru
harus memperhatikan teori ini,
apabila guru menemukan
kesulitan untuk memahami
mengapa anakanak tertentu tidak
mengerjakan tugas, mengapa
anak tidak dapat
tenang dalam kelas atau
bahkan tidak memiliki
motivasi dalam belajar.
Menurut Maslow guru
tidak dapat menyalahkan kesalahan
ini secara langsung
pada si anak,
bisa jadi beberapa
kebutuhan anak belum terpenuhi secara baik.
c. Carl Ransom Rogers (1902-1987)
Carl
Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8 Januari 1902 di sebuah keluarga Protestan
yang fundamentalis. Kepindahan dari kota ke daerah pertanian diusianya yang
ke-12, membuat ia senang akan ilmu pertanian. Ia pun belajar pertanian di
Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada tahun 1924, ia masuk ke Union
Theology Seminary di Big Apple dan selama masa studinya ia juga menjadi seorang
pastor di sebuah gereja kecil. Meskipun belajar di seminari, ia malah ikut
kuliah di Teacher College yang bertetangga dengan seminarinya.
Tahun
1927, Rogers bekerja di Institute for Child Guindance dan mengunakan
psikoanalisa Freud dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak menyetujui teori
Freud. Pada masa ini, Rogers juga banyak dipengaruhi oleh Otto Rank dan John
Dewey yang memperkenalkan terapi klinis. Perbedaan teori yang didapatkannya
justru membuatnya menemukang benang merah yang kemudian dipakai untuk
mengembangkan teorinya kelak.
Tahun
1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk mengembangkan idenya tentang
psikiatri. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers menjadi profesor psikologi di
Universitas Universitas Negeri Ohio. Kepindahan dari lingkungan klinis ke
lingkungan akademik membuat Rogers mengembangkan metode client-centered
psychotherapy. Disini dia lebih senang menggunakan istilah klien terhadap orang
yang berkonsultasi dibandingkan memakai istilah pasien. Rogers membedakan dua
tipe belajar, yaitu:
ü Kognitif
(kebermaknaan)
ü experiential
( pengalaman atau signifikansi)
Meskipun
teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun keunikan
teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik Rogers
pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi
(person centered), non-directive, klien (client-centered), teori yang berpusat
pada murid (student-centered), teori
yang berpusat pada kelompok (group centered), danperson to person). Namun
istilah person centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.
Asumsi
dasar teori Rogers adalah:
Ø Kecenderungan
formatif
Segala
hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih
kecil.
Ø Kecenderungan
aktualisasi
Kecenderungan
setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan
potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan
masalahnya.
3
Kelebihan
dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik
Di bawah
ini akan dijelaskan
kelebihan dan kelamahan
teori belajar humanistik,
sebagai berikut :
a. Kelebihan
teori belajar humanistik
ü Pembelajaran dengan
teori ini sangat cocok
diterapkan untuk materimateri pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.
ü Indikator dari
keberhasilan aplikasi ini
ialah siswa merasa
senang bergairah, berinisiatif dalam
belajar dan terjadi
perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap
atas kemauan sendiri.
ü Siswa diharapkan menjadi manusia yang
bebas, berani, tidak
terikat oleh pendapat orang lain
dan mengatur pribadinya
sendiri secara tanggung
jawab tanpa mengurangi hakhak
orangorang lain atau
melanggar aturan, norma,
disiplin, atau etika yang
berlaku.
b. Kelemahan
teori belajar humanistik
Karena
dalam teori ini guru
ialah sebagai fasilitator maka kurang cocok menerapkan yang pola pikirnya kurang
aktif atau pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif, dia akan takut
atau malu untuk
bertanya pada gurunya
sehingga dia akan
tertinggal oleh
temantemannya yang aktif
dalam kegiatan pembelajaran,
padahal dalam teori ini
guru akan memberikan
respons bila murid
yang diajar juga
aktif dalam menanggapi respons
yang diberikan oleh
guru. Karena siswa
berperan sebagai pelaku utama
(student center) maka
keberhasilan proses belajar
lebih banyak ditentukan oleh
siswa itu sendiri,
peran guru dalam
proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi
berkurang.
4
Model
Pembelajaran Humanistik
·
Humaning
Of The Classroom,
ini dilatarbelakangi oleh
kondisi sekolah yang
otoriter, tidak manusiawi, sehingga
menyebabkan peserta didik
putus asa yang
akhirnya mengakhiri
hidupnya. Kasus ini
banyak terjadi di
Amerika Serikat dan
Jepang. Humaning Of The
Classroom ini dicetuskan
oleh Jhon P.
Miller yang terfokus
pada pengembangan model pendidikan
afektif. Pendidikan model
ini tertumpu pada
tiga hal, yaitu: menyadari
diri sebagai suatu
proses pertumbuhan yang
sedang dan akan
terus berubah, mengenali konsep
dan identitas diri,
dan menyatupadukan kesadaran
hati dan pikiran. Perubahan
yang dilakukan terbatas
pada subtansi materi
saja, tetapi yang
lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi.
·
Active Learning dicetuskan oleh Melvin
L. Siberman. Asumsi dasar yang dibangun dari model pembelajaran
ini ialah bahwa
belajar bukan merupakan
konsekuensi otomatis dari penyampaian
informasi kepada siswa.
Belajar membutuhkan keterlibatan
mental dan tindakan sekaligus.
Pada saat kegiatan
belajar itu aktif,
siswa melakukan sebagian besar pekerjaan
belajar. Mereka mempelajari
gagasangagasan, memecahkan berbagai masalah dan
menerapkan apa yang
mereka pelajari. Dalam
Active Learning cara belajar dengan mendengarkan
saja akan sedikit
ingat, dengan cara
mendengarkan, melihat dan mendiskusikan dengan
siswa lain akan
paham, dengan cara
mendengar, melihat, berdiskusi, dan
melakukan akan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan,
dan cara untuk menguasai
pelajaran yang terbagus ialah dengan membelajarkan.
·
Quantum
Learning merupakan cara
pengubahan macammacam interaksi.
Hubungan dan inspirasi yang
di dalam dan
di sekitar momen
belajar. Dalam prakteknya,
Quantum Learning menggabungkan sugetologi
teknik pemercepatan belajar
dan neurolenguistik dengan teori
keyakinan dan metode
tertentu. Quantum Learning
mengasumsikan bahwa jika siswa
mampu menggunakan potensi
nalar dan emosinya
secara jitu akan mampu
membuat loncatan prestasi
yang tidak bisa
diduga sebelumnya. Dengan
metode belajar yang tepat
siswa bisa meraih
prestasi belajar secara
berlipat ganda. Salah
satu konsep dasar dari metode ini ialah belajar itu harus mengasikkan
dan berlangsung dalam suasana
gembira, sehingga pintu
masuk untuk informasi
baru akan lebih
besar dan terekam dengan baik.
·
The
Accelerated Learning, merupakan
pembelajaran yang dipercepat.
Konsep dasar dari pembelajaran
ini berlangsung sangat
cepat, menyenangkan, dan
memuaskan. Pemilik konsep ini
Dave Meiver menyarankan kepada guru agar
dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan somantic, auditory, visual dan intellectual (SAVI).
Somantic dimaksudkan sebagai learning
by moving and doing (belajar
dengan bergerak dan berbuat).
Auditory adalah learning
bay talking and
hearing (belajar dengan
berbicara dan mendengarkan). Visual
diartikan learning by
observing and picturing
(belajardengan mengamati dan
menggambarkan). Intellectual maksudnya
ialah learning by problem
solving and reflecting
(belajar dengan pemecahan
masalah dan melakukan refleksi). Bobbi
De Porter menganggap
accelerated learning dapat
memungkinkan siswa untuk belajar
dengan kecepatan yang
mengesankan, dengan upaya
yang normal dan dibarengi
kegembiraan. Cara ini menyatukan unsurunsur yang sekilas tampak tidak mempunyai persamaan,
misalnya hiburan, permainan,
warna, cara berfikir
positif,
kebugaran fisik
dan kesehatan emosional.
Namun semua unsur
ini bekerja sama
untuk menghasilkan pengalaman
belajar efektif.
5
Aplikasi
Teori Belajar Humanistik dalam Proses Pembelajaran
Aplikasi
teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran
yang mewarnai metode-metode
yang diterapkan. Peran
guru dalam pembelajaran
humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan
motivasi, kesadaran mengenai
makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar
kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan
sebagai pelaku utama
(student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami
potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri
yang bersifat negatif.
Tujuan
pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah :
·
Merumuskan tujuan belajar yang jelas;
·
Mengusahakan partisipasi aktif siswa
melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif;
·
Mendorong siswa untuk mengembangkan
kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri;
·
Mendorong siswa untuk peka berpikir
kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri;
·
Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan
pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan
menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan;
·
Guru menerima siswa apa adanya, berusaha
memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong
siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses
belajarnya;
·
Memberikan kesempatan murid untuk maju
sesuai dengan kecepatannya; dan
·
Evaluasi diberikan secara individual
berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan
teori humanistik ini
cocok untuk diterpkan
pada materi-materi pembelajaran
yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan
analisis terhadap fenomena
sosial. Indikator dari
keberhasilan aplikasi ini
adalah siswa merasa
senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar
dan terjaadi perubahan
pola pikir, perilaku
dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa
mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau
etika yang berlaku.
Guru
yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil,
menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan
dengan siswa dengan mudah
dan wajar. Ruang kelas
lebih terbuka dan mampu menyesuaikan
pada perubahan. Sedangkan
guru yang tidak efektif adalah
guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka
melukai perasaan siswaa dengan komentar yang menyakitkan,bertindak agak
otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.
6
Implikasi
Teori Belajar Humanistik terhadap Proses Pembelajaran
Psikologi
humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara untuk
memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan
ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):
·
Fasilitator sebaiknya
memberi perhatian kepada
penciptaan suasana awal,
situasi kelompok, atau pengalaman kelas;
·
Fasilitator membantu untuk memperoleh
dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan
kelompok yang bersifat umum;
·
Dia
mempercayai adanya keinginan
dari masing-masing siswa
untuk melaksanakan
tujuan-tujuan yang bermakna
bagi dirinya, sebagai
kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang
bermakna tadi;
·
Dia
mencoba mengatur dan
menyediakan sumber-sumber untuk
belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa
untuk membantu mencapai tujuan mereka;
·
Dia
menempatkan dirinya sendiri
sebagai suatu sumber
yang fleksibel untuk
dapat dimanfaatkan oleh kelompok;
·
Di
dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di
dalam kelompok kelas,
dan menerima baik isi
yang bersifat intelektual
dan sikap-sikap perasaan
dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai,
baik bagi individual ataupun bagi kelompok;
·
Bilamana
cuaca penerima kelas
telah mantap, fasilitator
berangsur-sngsur dapat berperanan
sebagai seorang siswa yang turut
berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya
sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain;
·
Dia
mengambil prakarsa untuk
ikut serta dalam
kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh
siswa;
·
Dia
harus tetap waspada
terhadap ungkapan-ungkapan yang
menandakan adanya perasaan yang dalam
dan kuat selama belajar ; dan
·
Di dalam berperan sebagai seorang
fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima
keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
B. Teori Belajar Kognitif
Istilah
“Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti.
Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah
kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu
wilayah psikologi manusia
/ satu konsep
umum yang mencakup
semua bentuk pengenalan yang
meliputi setiap perilaku
mental yang berhubungan
dengan masalah pemahaman,
memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan
keyakinan. Termasuk kejiwaan yang
berpusat di otak
ini juga berhubungan
dengan konasi (kehendak) dan afeksi
(perasaan) yang bertalian
dengan rasa. Menurut
para ahli jiwa
aliran kognitifis, tingkah laku
seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
1. Konsep Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif adalah teori yang umumnya
dikaitkan dengan proses belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis
atau mental manusia
yang berupa mengamati,
melihat, menyangka,
memperhatikan, menduga dan
menilai. Dengan kata
lain, kognisi menunjuk
pada konsep tentang pengenalan.
Teori kognitif menyatakan
bahwa proses belajar
terjadi karena ada variabel
penghalang pada aspek-aspek
kognisi seseorang. Teori
belajar kognitiv lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil
belajar itu sendiri.
Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan
respon, lebih dari
itu belajar melibatkan
proses berpikir yang sangat
kompleks. Belajar adalah
perubahan persepsi dan
pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk
perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
2. Tokoh-Tokoh Teori Belajar Kognitif
a.
Jean
Piaget
Piaget merupakan
salah seorang tokoh
yang disebutsebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan
pemikirannya yang banyak
digunakan sebagai rujukan
untuk memahami perkembangan kognitif
individu yaitu teori
tentang tahapan perkembangan
individu. Menurut Piaget, perkembangan
kognitif merupakan suatu
proses genetik, yaitu
suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan sistem syaraf.
Dengan makin bertambahnya
umur seseorang, maka makin
komplekslah susunan sel
syarafnya dan makin
meningkat pula kemampuannya. Piaget
tidak melihat perkembangan
kognitif sebagai sesuatu
yang dapat didefinisikan secara
kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia
akan berbeda pula
secara kualitatif. Menurut
Piaget, proses belajar
akan terjadi jika mengikuti tahaptahap
asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi (penyeimbangan antara
asimilasi dan akomodasi). Piaget
membagi tahaptahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu:
·
Tahap sensorimotorik (umur 02 tahun)
Ciri pokok perkembangan berdasarkan
tindakan, dan dilakukan selangkah demi selangkah.
·
Tahap preoperasional (umur 27/8 tahun)
Ciri
pokok perkembangan pada
tahap ini adalah
penggunanaan symbol atau
tanda bahasa, dan mulai berkembangnya konsepkonsep
intuitif.
·
Tahap operasional konkret (umur
7/811/12 tahun)
Ciri
pokok perkembangan pada
tahap ini adalah
sudah mulai menggunakan
aturanaturan yang jelas dan
logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan.
·
Tahap operasional formal (umur 11/1218
tahun)
Ciri
pokok perkembangan pada
tahap ini adalah
anak sudah mampu
berpikir abstrak dan
logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.
Adapun
beberapa prinsip teori perkembangan Piaget, adalah sebagai berikut:
Ø Perkembangan kognitif
merupakan suatu proses
genetik. Yaitu suatu
perkembangan yang didasarkan atas
mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf;
Ø Semakin bertambah
umur maka semakin
bertambah kompleks susunan
syarafnya dan akan meningkat pula
kemampuannya. Daya pikir
anak yang berbeda
usia akan berbeda
secara kualitatif;
Ø Proses adaptasi
meepunyai dua bentuk
dan terjadi secara
simultan yaitu akomidasi
dan asimilasi. Asimilasi
adalah proses perubahan
apa yang di
pahami seseuai dengan struktur kognitif (apabila individu
menerima infomasi atau
pengalaman baru maka
informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang dipunyai). Akomodasi adalah
proses perubahan struktur
kognitif sehingga dapat
dipahami (apabila struktur
kognitif yang sudah dimiliki harus disesuaikan dengan informasi yang diterima);
Ø Proses belajar
akan terjadi jika
mengikuti tahaptahap asimilasi,
akomodasi dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi (proses
penyatuan informasi baru
ke dalam struktur
kognitif yang telah
dimiliki individu), Akomodasi (proses
penyesuaian struktur kognitif
ke dalam situasi
yang baru), Ekuilibrasi
(penyesuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi). Seorang
anak sudah mempunyai
prinsip pengurangan, ketika
mempelajri pembagian maka
terjadi prses intrgtasi
antara pengurangan (telah dikuasai)dan
pembagian (info baru)
inilah asimilasi. Jika anak diberi
soal pembagian, maka
situasi ini disebut
akomodasi. Artinya anak
sudah dapat mengaplikasikan atau
memakai prinsip pembagian dalam situasi baru. Proses penyesuaian
antara ling luar
dan struktur kognitif
yang ada dlm
dirinya disebut ekuilibrasi;
Ø Proses
belajar akan mengikuti tahaptahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Tahap sensorimotor
(02 thn), preoperasional (28
thn), operasional konkret(811
thn), operasional formal (1218 thn); dan
Ø Hanya dengan
mengaktifkan pengetahuan dan
pengalaman secara optimal
asimilasi dan akomodasi pengetahuan
dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
b.
Jerome
Bruner
Dalam memandang
proses belajar, Bruner
menekankan adanya pengaruh
kebudayaan terhadap tingkah laku
seseorang. Dalam teorinya,
“free discovery learning”
ia mengatakan bahwa
proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan,
atau pemahaman melalui
contohcontoh yang ia
jumpai dalam kehidupannya. Menurut
Bruner perkembangan kognitif
seseorang dapat ditingkatkan
dengan cara menyusun materi
pelajaran dan menyajikannya
sesuai dengan tahap
perkembangan orang tersebut.
Model pemahaman
dari konsep Bruner
(dalam Degeng,1989) menjelaskan
bahwa pembentukan konsep dan
pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut
proses berpikir yang
berbeda pula. Menurutnya,
pembelajaran yang selama
ini diberikan di
sekolah banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang
mengembangkan kemampuan berpikir
intuitif. Padahal berpikir
intuitif sangat penting
untuk mempelajari bidang
sains, sebab setiap disiplin
mempunyai konsepkonsep, prinsip,
dan prosedur yang
harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Cara yang
baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan (discovery learning).
Beberapa
prinsip teori Bruner adalah:
Ø Perkembangan
kognitif ditandai dengan adanya kemajuan menanggapi rangsang;
Ø Peningkatan pengetahuan
bergantung pada perkembangan
sistem penyimpanan informasi secara realistis;
Ø Perkembangan intelektual
meliputi perkembangan kemampuan
berbicara pada diri sendiri
atau pada orang lain;
Ø Interaksi secara
sistematis diperlukan antara
pembimbing, guru dan
anak untuk perkembangan kognitifnya;
Ø Bahasa
adalah kunci perkembangan kognitif;
Ø Perkembangan kognitif
ditandai denfgan kecakapan
untuk mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih
tindakan yang tepat;
Ø Perkembangan
kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic, symbolic. Enaktif yaitu
tahap jika seseorang
melakukan
aktivitasaktivitas dalam upaya
untuk memahami lingkungan sekitaanya (gigitan, sentuhan, pegangan). Ikonik, yaitu
tahap seseorang memahami
objekobjek atau dunianya
melalui gambar gambar dan
visualisasi verbal (anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan. Simbolik yaitu
tahap seseorang telah
mampu memiliki ideide
atau gagasan abstrak
yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dalam berbahasa
dan logika.( anak
belajar melalui symbol bahasa, logika, matematika);
Ø Model
pemahaman dan penemuan konsep;
Ø Cara
yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan memlalui
proses intuitif untuk akhirnya sampai pada kesimpulan (discovery learning); dan
Ø Siswa
diberi kekebasan untuk belajar
sendiri melalui aktivitas
menemukan (discovery).
c.
David
Ausubel
Psikologi pendidikan
yang diterapkan oleh
Ausubel adalah bekerja
untuk mencari hukum belajar yang bermakna, berikut ini
konsep belajar bermakna David Ausubel. Pengertian belajar bermakna Menurut
Ausubel ada dua jenis belajar :
v Belajar
bermakna (meaningful learning) dan
v belajar
menghafal (rote learning).
Belajar bermakna
adalah suatu proses
belajar di mana
informasi baru dihubungkan dengan
struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan
belajar menghafal adalah
siswa berusaha menerima
dan menguasai bahan yang
diberikan oleh guru
atau yang dibaca
tanpa makna. Sebagai ahli
psikologi pendidikan Ausubel
menaruh perhatian besar
pada siswa di
sekolah, dengan
memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan pada
unsur kebermaknaan dalam belajar
melalui bahasa (meaningful verbal learning).
Kebermaknaan diartikan
sebagai kombinasi dari
informasi verbal, konsep, kaidah dan
prinsip, bila ditinjau
bersama-sama. Oleh karena
itu belajar dengan prestasi hafalan
saja tidak dianggap
sebagai belajar bermakna.
Maka, menurut Ausubel supaya
proses belajar siswa
menghasilkan sesuatu yang
bermakna, tidak harus siswa
menemukan sendiri semuanya.
Malah, ada bahaya
bahwa siswa yang kurang
mahir dalam hal
ini akan banyak
menebak dan mencoba-coba
saja, tanpa menemukan sesuatu
yang sungguh berarti baginya. Seandainya siswa sudah seorang ahli dalam
mengadakan penelitian demi
untuk menemukan kebenaran
baru, bahaya itu tidak
ada; tetapi jika
siswa tersebut belum
ahli, maka bahaya
itu ada. Ia
juga berpendapat bahwa pemerolehan
informasi merupakan tujuan
pembelajaran yang penting dan
dalam hal-hal tertentu
dapat mengarahkan guru
untuk menyampaikan informasi kepada
siswa. Dalam hal
ini guru bertanggung
jawab untuk
mengorganisasikan dan mempresentasikan apa
yang perlu dipelajari
oleh siswa, sedangkan peran siswa
di sini adalah menguasai yang disampaikan gurunya.
Belajar
dikatakan menjadi bermakna (meaningful learning) yang dikemukakan oleh Ausubel
adalah bila informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai
dengan struktur kognitif
yang dimiliki peserta
didik itu sehingga
peserta didik itu mampu
mengaitkan informasi barunya
dengan struktur kognitif
yang dimilikinya. Belajar seharusnya
merupakan apa yang
disebut asimilasi bermakna,
materi yang dipelajari di
asimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya.
Untuk itu diperlukan dua persyaratan :
v Materi yang
secara potensial bermakna
dan dipilih oleh
guru dan harus
sesuai dengan tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu peserta
didik.
v Diberikan dalam
situasi belajar yang
bermakna, faktor motivasional
memegang peranan penting dalam hal ini, sebab peserta didik tidak akan
mengasimilasikan materi baru tersebut apabila mereka tidak mempunyai keinginan
dan pengetahuan bagaimana
melakukannya. Sehingga hal
ini perlu diatur
oleh guru, agar
materi tidak dipelajari secara hafalan.
Berdasarkan
uraian di atas
maka, belajar bermakna
menurut Ausubel adalah suatu proses
belajar di mana
peserta didik dapat
menghubungkan informasi baru dengan
pengetahuan yang sudah
dimilikinya dan agar
pembelajaran bermakna, diperlukan
2 hal yakni pilihan materi yang bermakna sesuai tingkat pemahaman dan
pengetahuan yang dimiliki siswa dan situasi belajar yang bermakna yang
dipengaruhi oleh motivasi. Dengan
demikian kunci keberhasilan
belajar terletak pada kebermaknaan bahan
ajar yang diterima
atau yang dipelajari
oleh siswa. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa
kegiatan belajar penemuan (discovery learning) lebih bermakna daripada kegiatan
belajar penerimaan (reception learning). Sehingga dengan ceramahpun,
asalkan informasinya bermakna
bagi peserta didik,
apalagi penyajiannya sistematis, akan dihasilkan belajar yang baik.
3
Kelebihan
dan Kekurangan Teori Belajar Kognitif
Di
bawah ini akan
dijelaskan kelebihan dan
kelamahan teori belajar
humanistik, sebagai berikut :
a. Kelebihan
Teori Belajar Kognitif
ü Menjadikan
siswa lebih kreatif dan mandiri
Dengan
teori belajar kognitif siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak
hanya merespon dan menerima rangsangan saja, tapi memproses informasi yang
diperoleh dan berfikir untuk dapat menemukan ide-ide dan mengembangkan
pengetahuan. Sedangkan, membuat siswa lebih mandiri contohnya pada saat siswa
mengerjakan soal siswa bisa mengerjakan sendiri karena pada saat belajar siswa
menggunakan fikiranya sendiri untuk mengasah daya ingatnya, tanpa bergantung
dengan orang lain.
ü Membantu
siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
Teori belajar kognitif
membantu siswa memahami bahan ajar lebih mudah karena siswa sebagai peserta
didik merupakan peserta aktif di dalam proses pembelajaran yang berpusat pada
cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan menyimpan informasi dalam
ingatannya, serta menekankan pada pola pikir peserta didik sehingga bahan ajar
yang ada lebih mudah dipahami.
b. Kelemahan
Teori Belajar Kognitif
·
Teori tidak menyeluruh untuk semua
tingkat pendidikan.
·
Sulit dipraktikkan khususnya di tingkat
lanjut.
·
Beberapa prinsip seperti inteligensi
sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
4
Aplikasi
dan Implikasi Teori Belajar Humanistik dalam Proses Pembelajaran
Dalam
perkembangan setidaknya ada
tiga teori belajar
yang bertitik tolak
dari teori kognitivisme ini
yaitu: Teori perkembangan
piaget, teori kognitif
Brunner dan Teori bermakna Ausubel. Ketiga teori ini
dijabarkan sebagai berikut: No 1 Teori Kognitif Piaget Brunner Ausubel
Proses belajar terjadi
menurut pola tahap-tahap
perkembangan tertentu sesuai dengan umur siswa. Proses belajar terjadi
melalui tahap-tahap:
§ Asimilasi
§ Akomodasi
§ Equilibrasi
Proses belajar
lebih ditentukan oleh
karena cara kita
mengatur materi pelajaran
dan bukan ditentukan oleh umur siswa. Proses belajar
terjadi melalui tahap-tahap:
§ Enaktif
(aktivitas)
§ Ekonik
(visual verbal)
§ Simbolik
Aplikasi
teori belajar kognitivisme
dalam pembelajaran, guru
harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam
proses berpikirnya, anak usia pra
sekolah dan awal
sekolah dasar belajar
menggunakan benda-benda konkret,
keaktifan siswa sangat dipentingkan,
guru menyusun materi
dengan menggunakan pola
atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks, guru
menciptakan pembelajaran yang
bermakna, memperhatian
perbedaan individual siswa
untuk mencapai keberhasilan
siswa. Dari penjelasan diatas
jelas bahwa implikasinya
dalam pembelajaran adalah
seorang pendidik, guru ataupun
apa namanya mereka harus dapat memahami bagaimana cara belajar siswa yang baik,
sebab mereka para siswa tidak akan dapat memahami bahasa bila mereka tidak mampu mencerna dari
apa yang mereka
dengar ataupun mereka
tangkap. Dari ketiga
macam teori diatas jelas
masing-masing mempunyai implikasi yang
berbeda, namun secara
umum teori kognitivisme lebih
mengarah pada bagaimana
memahami struktur kognitif
siswa, dan ini tidaklah
mudah, Dengan memahami
struktur kognitif siswa,
maka dengan tepat
pelajaran bahasa disesuaikan sejauh
mana kemampuan siswanya.
Selain itu, juga
model penyusunan materi pelajaran
bahasa arab hendaknya
disusun berdasarkan pola
dan logika tertentu
agar lebih mudah dipahami. Penyusunan materi pelajaran bahasa arab di
buat bertahap mulai dari yang paling sederhana ke kompleks. Hendaknya dalam
proses pembelajaran sebisa mungkin tidak hanya terfokus pada hafalan, tetapi
juga memahami apa yang sedang dipelajari, dengan demikian jauh akan lebih baik
dari sekedar menghafal kosakata.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari isi makalah ini, yaitu :
1
Teori belajar humanistik pada dasarnya
memiliki tujuan belajar untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu, proses
belajar dapat dianggap berhasil apabila si pembelajar telah memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Artinya, peserta didik mengalami perubahan
dan mampu memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
2
Tokoh-tokoh dari teori belajar
humanistik, yaitu :
·
Arthur Combs
(1912-1999)
·
Abraham Maslow
(1908-1970)
·
Carl Ransom
Rogers (1902-1987)
3
Model pembelajaran humanistik, terbagi
menjadi empat, yaitu :
·
Humaning
Of The Classroom
·
Active Learning
·
Quantum
Learning
·
The
Accelerated Learning
4
Kelebihan teori belajar humanistik yaitu
pembelajaran dengan teori
ini sangat cocok
diterapkan untuk materi-materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan
aplikasi ini ialah
siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif
dalam belajar dan
terjadi perubahan pola
pikir, perilaku dan
sikap atas kemauan sendiri.
5
Kekurangan belajar humanistik yaitu dalam
teori ini guru sebagai fasilitator, maka kurang cocok menerapkan kepada yang
pola pikirnya kurang aktif atau pasif. Karena bagi siswa yang kurang aktif, dia
akan takut atau malu untuk bertanya pada gurunya sehingga dia akan tertinggal
oleh temannya yang aktif.
6
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk
pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai
metode-metode yang diterapkan.
Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan
motivasi, kesadaran mengenai
makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar
kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
7
Teori
belajar kognitif lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil
belajar itu sendiri.
8
Tokoh-tokoh dari teori belajar kognitif,
yaitu :
·
Jean Piaget
·
Jerome Bruner
·
David Ausubel
9
Kelebihan teori belajar kognitif yaitu menjadikan
siswa lebih kreatif dan mandiri serta membantu siswa memahami bahan belajar
secara lebih mudah.
10 Kekurangan
teori belajar kognitif, yaitu teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat
pendidikan, sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut, beberapa prinsip
seperti inteligensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
11 Aplikasi teori
belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru
harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam
proses berpikirnya, anak usia pra
sekolah dan awal
sekolah dasar belajar
menggunakan benda-benda konkret,
keaktifan siswa sangat dipentingkan,
guru menyusun materi
dengan menggunakan pola
atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks, guru
menciptakan pembelajaran yang
bermakna, memperhatian perbedaan individual
siswa untuk mencapai
keberhasilan siswa.
B. Saran
Sebagai
seorang mahasiswa yang
mengkhususkan diri dalam
bidang pendidikan, berbagai
teori belajar patutnya
dikaji lebih dalam
agar dalam mencapai
impian, dapat diraih kemudahan
dan menjadikan profesionalisme dalam
menjalani profesi yang
ditekuni nanti, karena teori
belajar selalu berkembang
sesuai perkembangan zaman
dan seorang guru terus
mengikuti perkembangan teori
belajar mengingat besarnya
pengaruh yang dibawanya dalam
menetapkan sikap guru dalam setiap proses belajar mengajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Djaali.2007.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara
Fadilah1995.blogspot.co.id/2015/04/teoribelajarhumanistikdan_29.html
Psikologi.or.id
Sites.google.com/site/mulyanabanten/home/teoribelajarbehavioristik/teoribelajarkognitif
Yusuf, M.2013.Teori Belajar dalam Praktek.Makassar:Alauddin
University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar