A. Proses Peralihan Kekuasaan
Kekuasaan
Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.
Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah
keturunan Abbas, paman nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh
Abdullah al-Saffah bin Muhammad bin Ali ibn Abdullah bin al-Abbass. Dia
dilahirkan di Humaimah pada tahun 104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada
tanggal 3 Rabiul awwal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dari
tahun 750-1258 M.
Sebelum daulah Bani Abbasiyah
berdiri, terdapat 3 tempat yang menjadi
pusat kegiatan kelompok Bani Abbas, antara satu dengan yang lain
mempunyai kedudukan tersendiri dalam memainkan
peranannya untuk menegakkan kekuasaan
keluarga besar paman nabi SAW yaitu Abbas Abdul Mutholib (dari namanya
Dinasti itu disandarkan). Tiga tempat itu adalah Humaimah, Kufah dan
Khurasan. Humaimah merupakan kota kecil
tempat keluarga Bani Hasyim bermukim,
baik dari kalangan pendukung Ali maupun pendukung keluarga Abbas.
Humaimah terletak berdekatan dengan
Damsyik. Kufah merupaka kota yang penduduknya
menganut aliran Syi‘ah pendukung Ali bin Abi Tholib. Ia bermusuhan
secara terang-terangan dengan golongan
Bani Umayyah. Demikian pula dengan Khurasan,
kota yang penduduknya mendukung Bani Hasyim. Ia mempunyai warga yang
bertemperamen pemberani, kuat fisiknya, tegap tinggi, teguh pendirian
tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak
mudah bingung dengan kepercayaan
yang menyimpang. Disinilah diharapkan dakwah kaum Abbassiyah
mendapatkan dukungan.
Sejak Umar bin Abd. Aziz (717-720 M
/ 99-101 H) -khalifah ke-8 dari Daulah Umayyah - naik tahta telah muncul
gerakan oposisi yang hendak menumbangkan Daulah tersebutyang dipimpin oleh Ali
bin Abdullah, cucu Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi dari kelompok Sunni.
Kelompok Sunni ini berhasil menjalin kerja sama dengan kelompok Syi’ah,karena
mereka sama-sama keturunan Bani Hasyim. Kedua kelompok di atas juga menjalin
kerja sama dengan orang-orang Persia, karena orang-orang Persia dianaktirikan
oleh Daulah Umayyah, baik secara politik,ekonomi maupun sosial. Padahal mereka
sudah lebih dahulu memiliki peradaban maju.Tujuan aliansi adalah menegakkan
kepemimpinan Bani Hasyim dengan merebutnya dari tangan Bani Umayyah. Untuk mencapai
tujuan itu berbagai kelemahan Daulah Umayyah, mereka manfaatkan sebaik-baiknya.
Mereka melantik dan menyebar para
propagandis terutama untuk daerah-daerah yang penduduknya mayoritas bukan orang
Arab. Tema propagandis ada dua. Pertama, alMusawah (persamaan kedudukan), dan
kedua, al-Ishlah (perbaikan) artinya kembali kepada ajaran al-Qur’an dan
Hadits. Tema pertama amat menarik di kalangan muslim nonArab. Karena mereka
selama ini dianaktirikan oleh DaulahUmayyah, baik secara politik, sosial dan
ekonomi. Sedangkantema kedua menarik di kalangan banyak ulama Sunni karena
mereka melihat para khalifah Daulah Umayyah telah menyimpang dari al-Qur’an dan
Sunnah Nabi,
Pada mulanya mereka melakukan
gerakan rahasia di bawah pimpinan
Muhammad bin Ali al-Abbasy. Setelah Muhammad meninggal dan diganti
oleh anaknya Ibrahim. Ketika aliansi
dipimpin oleh Ibrahim binMuhammad, gerakan itu berubah menjadi terang-terangan.
Perubahan itu terjadi setelah mereka mendapat sambutan luas, terutama di
wilayah Khurasan yang mayoritas penduduknya muslim non Arab, dan setelah
masuknya seorang Jenderal cekatan ke dalam gerakan ini, yaitu Abu Muslim
al-Khurasany. Dia dikirim Ibrahim sebagai propagandis ke tanah kelahirannya dan
mendapat sambutan yang baik dari penduduk. Dia membentuk pasukan militer yang
terdiri dari 2.200 orang infantri dan 57 pasukan berkuda.
Pemimpin Daulah Umayyah berhasil
menangkap Ibrahim dan mereka membunuhnya. Pimpinan aliansi dilanjutkan oleh
saudaranya Abdul Abbas yang kelak menjadi khalifah pertama Daulah Abbasiyah.
Abdul Abbas memindahkan markasnya ke Kufah dan bersembunyi di situ. Pada
saat itu Abu Muslim memerintahkan
panglimanya, Quthaibah bin Syahib untuk merebut Kufah. Dalam gerakannya menuju
Kufah, dia dihadang oleh pasukan Daulah Umayyah di Karbela. Pertempuran sengit
pun terjadi. Dia memenangkan peperangan itu. Akan tetapi dia tewas.Anaknya
Hasan memegang kendali selanjutnya dan bergerak menuju Kufah, dan melalui
pertempuran yang tidak begitu berarti, kota Kufah itu dapat ditaklukkan. Abdul
Abbas keluar dari persembunyiannya dan memperoklamirkan dirinyasebagai khalifah
pertama, yang diberi nama dengan Daulah Abbasiyah dan dibai’at oleh penduduk
Kufah di mesjid Kufah.
Mendengar hal itu, khalifah Marwan
menggerakkan pasukan berkekuatan 120.000 orang tentara menuju Kufah.Untuk itu,
Abdul Abbas memerintahkan pamannya Abdullah bin Ali menyongsong musuh tersebut.
Kedua pasukan itu bertemu di pinggir sungai Zab, anak sungai Tigris. Pasukan
Umayyah berperang tanpa semangat dan menderita kekalahan. Abdullah bin Ali
melanjutkan serangan ke Syiria. Kota demi kota berjatuhan. Terakhir Damaskus,
ibu kota DaulahUmayyah menyerah pada tanggal 26 April 750 M. Namun khalifah
Marwan melarikan diri ke Mesir, dan dikejar oleh pasukan Abdullah. Akhirnya dia
tertangkap dan dibunuhpada tanggal 5 Agustus 750 M.
Dengan demikian, setelah Marwan bin
Muhammad terbunuh sebagai khalifah terakhir Daulah Umiayah, maka resmilah
berdiri Daulah Abbasiyah. Sementara orang-orangSyi’ah tidak memperoleh
keuntungan politik dari kerjasama ini, dan mereka terpaksa memainkan peranan
lagi sebagai kelompok oposisi pada pemerintahan Daulah Abbasiyah.
B. Periodisasi Dinasti Abbasiyah
Para ahli sejarah biasanya membagi
masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:
1. Periode pertama
(132 H/750 M
– 232 H/847
M), yang dinamakan
periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode
kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), yang dinamakan periode pengaruh Turki
pertama.
3. Periode ketiga
(334 H/945 M – 447
H/1055 M), yang
dinamakan periode pengaruh Persia
kedua. Periode ini
juga disebut periode
kekuasaan Dinasti Buwaih dalam
pemerintahan Abbasiyyah.
4. Periode keempat
(447 H/1055 M – 590
H/1194 M), yang dinamakan periode pengaruh Turki
kedua. Periode ini
disebut juga periode kekuasaan
dinasti bani Saljuk dalam
pemerintahan Bani Abbasiyyah.
5. Periode kelima
(590 H/1194 M – 656
H/1258 M), yang
dinamakan periode kekuasaan penuh
Bani Abbasiyyah. Pada
periode ini pemerintahan
Bani Abbasiyyah bebas dari pengaruh dinasti lain. Akan tetapi hanya di
Baghdad dan sekitarnya.
Pemerintahan
Daulah Abbasiyah mengalami dua masa,
yaitu masa integrasi dan masa disintegrasi. Pertama,dikenal dengan periode
integrasi ditandai dengan besarnya pengaruh Persia (750-847 M)sejak Khalifah
pertama Abu Abbas al-Safah (750-754 M) sampai berakhirnya pemerintahan
al-Watsiq (842-847 M), yang dikenal sebagai masa kejayaan Daulah Abbasiyah.
Kedua sampai kelima adalah periode disintegrasi.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa DaulahAbbasiyah yang berkuasa selama lima ratus
delapan tahundan diperintah oleh 37 khalifah telah mengalami pergeseran peran
kekuasaan dari satu bangsa ke bangsa lainnya. Adapun ke tigah puluh tujuh
khalifah tersebut adalah:
1.
Khalifah Abu Abbas al-Safah (750-754 M)
2.
Khalifah Abu Ja’far al-Mansur (754-775
M)
3.
Khalifah al-Mahdi(775-785 M)
4.
Khalifah al-Hadi (785-786 M)
5.
Khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M)
6.
Khalifah al-Amin (809-813 M)
7.
Khalifah al-Makmun (813-833)
8.
Khalifahal-Muktasim(833-842 M)
9.
Khalifah al-Wasiq(842-847 M)
10. Khalifah
al-Mutawakkil (847-861 M)
11. Khalifah
al-Muntasir (861-862M)
12. Khalifah
al-Mustain (862-866 M)
13. Khalifah
al-Muktaz (866-869 M)
14. Khalifah
al-Muhtadi (869-870 M)
15. Khalifah
al-Muktamid (870-892 M)
16. Khalifah
al-Muktadid (892-902 M)
17. Khalifah
al-Muktafi (902-908 M)
18. Khalifah
alMuktadir (908-932 M)
19. Khalifah
al-Kahir (932-934 M)
20. Khalifah
al-Radhi (934-940 M)
21. Khalifah
al-Muttaqi (940-944 M)
22. Khalifah
al-Mustakfi (944-946 M)
23. Khalifah
al-Muthi’(946-974 M)
24. Khalifah
al-Tha’i (974-991 M)
25. Khalifah
al-Kadir(991-1031 M)
26. Khalifah
al-Qaim (1031-1075 M)
27. Khalifah
al-Muqtadi (1075-1084 M)
28. Khalifah
al-Mustazhir (1084-1118 M)
29. Khalifah
al-Mustasid (1118-1135 M)
30. Khalifah
al-Rasyid (1135-1136 M)
31. Khalifah
al-Muqtafi (1136-1160 M)
32. Khalifah
al-Mustanjid (1160-1170)
33. Khalifah
al-Mustathi’ (1170-1180)
34. Khalifah
al-Nasir (1180-1224 M)
35. Khalifah
al-Zahir (1224-1226 M)
36. Khalifah
al-Mustansir (1226-1242 M)
37. Khalifah
al-Muktasim (1242-1258 M)
Adapun cara
pengangkatan khalifah di dalam Kerajaan Bani Abbasiyah adalah sama seperti yang dilakukan oleh Kerajaan
BaniUmaiyah yaitu menentukan sendiri bakal khalifah sebelum wafatnya;
a.
Abu
al Abbas al
Saffah melantik gantinya
Abu Jaafar al
Mansor sebagai bakal
khalifah;
b.
Khalifah
Harun al Rasyid
pula melantik ketiga-tiga
orang anaknya menjadi
Khalifah atas nasihat
para pembesarnya iaitu
al Amin, al Makmun dan al Mu'tasim.
c.
Al
Mu'tasim melantik anaknya
al Wathiq. Al
Wathiq meninggaldunia tanpa
melantik bakal khalifah. Pembesar-pembesar Negara melantik gantinya al
Mutawakkil.
d.
Al
Mutawakkil kemudian mengikut
jejak langkah datuknya
Harun al Rasyid
dengan melantik tiga
orang anaknya ganti khalifah yaitu
Muhammad Muntasir Billah,
Muhammad al Mu'taz
Billah dan al-Mustain.
Pola
pemerintahan yang diterapkan berbedabeda
sesuai dengan perubahan
politik, sosial, ekonomi dan budaya. Sistem politik yangdijalankan oleh
Daulah Bani Abbasiyah antara lain :
a.
Para
Khalifah tetap dari
keturunan Arab, sedang
para menteri,
panglima, Gubernur dan para
pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali .
b.
Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota
negara, yang menjadi pusat kegiatan politik,ekonomi sosial dan kebudayaan.
c.
Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu
yang sangat penting dan mulia .
d.
Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui
sepenuhnya .
e.
Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk
menjalankan tugasnya dalam pemerintah.
C. Kemajuan Pada masa Dinasti
Abbasiyah
Kemajuan peradaban Abbasiyah disebabka oleh stabilitas
politik dan kemajuan ekonomi kerajaan yang pusat kekuasaannya terletak di
Baghdad. Adapun kemajuan peradaban Islam yang dibuat oleh Dinasti Abbasiyah
adalah :
1. Bidang Politik dan Pemerintahan
·
Memindahkan pusat pemerintahan dari Damaskus
ke Baghdad. Kemudian menjadikan Baghdad sebagai pusat kegiatan politik,
ekonomi, social dan kebudayaan. Dijadikan “kota pintu terbuka” sehingga segala
macam bangsa yang menganut berbagai keyakinan diizinkan bermukim di dalamnya.
Dengan demikian jadilah Baghdad sebagai kota International yang sangat sibuk
dan ramai.
·
Membentuk Wizarat untuk membantu khalifah dalam menjalankan pemerintahan
Negara. Yaitu Wizaratul Tanfiz
sebagai pembantu khalifah dan bekerja atas nama khalifah dan Wirazatul Rafwidl sebagai orang yang
diberi kuasa untuk memimpin pemerintah, sedangkan khalifah sendiri hanya
sebagai lambang.
·
Membentuk Diwanul Kitaabah (Sekretaris Negara) yang tugasnya menjalankan tata
usaha Negara.
·
Membentuk Nidhamul Idary
al-Markazy yaitu sentralisasi wilayah dengan cara wilayah jajahan dibagi
dalam beberapa propinsi yang dinamakan Imaarat, dengan gubernurnya yang
bergelar Amir atau Hakim. Kepala daerah hanya diberikan hak otonomi
terbatas; yang mendapat otonomi penuh adalah “al-Qura” atau desa dengan kepala
desa yang bergelar Syaikh al-Qariyah. Hal ini jelas untuk mebatasikewenangan
kepala daerah agar tidak menyusun pasukan untuk melawan Baghdad.
·
Membentuk Amirul Umara
yaitu panglima besar angkatan perang Islam untuk menggantikan posisi
khalifah dalam keadaan darurat.
·
Memperluas fungsi Baitul
Maal, dengan cara membentuk tiga dewan; Diwanul
Khazaanah untuk mengurusi keuangan Negara, Diwanul al- Azra’u untuk mengurusi kekayaan Negara dan Diwan
Khazaainus Sila, untuk mengurus
perlengkapan angkatan perang.
·
Menetapkan tanda kebesaran seperti al-Burdah yaitu pakaian kebesaran yang berasaldari Rasul, al-Khatim yaitu cincin stempel dan al-Qadlib semacam pedang, dan kehormatan. Al-Khuthbah pembacaan doa bagi khalifah dalam khutbah Jum’at, as-Sikkah pencantuman nama khalifah atas mata uang
dan Ath-Thiraz, lambang khalifah
yang harus dipakai oleh tentara dan pegawai pemerintah untuk khalifah.
·
Membentuk
organisasi kehakiman, Qiwan Qadlil Qudha
(Mahkamah Agung), dan al-Sutrah
al-Qadlaiyah (jabatan kejaksaan), Qudhah
al-Aqaalim (hakim propinsi yangmengetuai Pengadilan Tinggi), serta Qudlah al-Amsaar (hakim kota yang mengetuaiPengadilan Negeri).
2.
Bidang Ekonomi
Pada masa awal pemerintahan Abbasiyah,
pertumbuhan ekonomi cukup stabil, devisa Negara penuh melimpah. Khalifah
al-Mansur adalah tokoh ekonom Abbasiyah yang telah mampu meletakkan dasar-dasar
yang kuat dalam bidang ekonomi dan keuangan Negara (Baitul Maal).
Di sektor pertanian, pemerintah membangun sistem
irigasi dan kanal di sungai Eufrat dan Tigris yang mengalir sampai teluk
Persia, sehingga tidak ada lagi daerah pertanian yang tidak terjangkau
irigasi. Kemudian kota Baghdad di samping sebagai kota politik agama, dan kebudayaan,
juga merupakan kota perdagangan terbesar di dunia, sedangkan Damaskus merupakan
kota kedua. Sungai Tigris dan Eufrat menjadi kota transit perdagangan antar wilayah-wilayah
Timur seperti Persia, India, China, dan nusantara dan wilayah Barat seperti Eropa
dan Afrika Utara sebelum ditemukan jalan laut menuju Timur melalui Tanjung
Harapandi Afrika Selatan. Selain itu, barang-barang kebutuhan pokok dan mewah
dari wilayah Timur diperdagangkan dengan barang-barang hasil dari wilayah
bagian Barat. Di kerajaan ini juga,sudah terdapat berbagai macam industri
seperti kain Linen di Mesir, Sutra di Suriah dan Irak, kertas di Samarkand,
serta hasil-hasil pertanian seperti Gandum dari Mesir dan Kurma dari Irak.
3.
Lembaga dan Kegiatan Ilmu Pengetahuan
Pada masa Dinasti Abbasiyah pengembangan
keilmuan dan teknologi diarahkan kedalam Ma’had. Lembaga ini dikenal ada dua
tingkatan. Pertama,Maktab/Kuttab dan
masjid,yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar
bacaan,menghitung, menulis, anak-anak remaja belajar dasar-dasar ilmu agama
serta tempat penngajian dari ulama-ulama yang merupakan kelompok-kelompok
(Khalaqah), tempat berdiskusi dan Munazarah dalam berbagai ilmu pengetahuan dan
juga dilengkapi dengan ruangan perpustakaan dengan buku-buku dari berbagai
macam disiplin ilmu. Disamping itu,di masjid-masjid ini dilengkapi juga dengan
berbagai macam fasilitas pendidikan penunjang lainnya. Kedua, bagi pelajar yang
ingin mendalami ilmunya, bisa pergi keluar daerah atau ke masjid-masjid atau
bahkan ke rumah-rumah gurunya. Karena semakin berkembangnya ilmu pengetahuan,
baik mengenai agama maupun umum maka semakin banyak khalaqah-khalaqah (lingkaran
pengajaran), yang tidak mungkin tertampung di dalam ruang masjid. Maka pada perkembangan selanjutnya mulai di
buka madrasah-madrasah yang dipelopori oleh Nizhamul Muluk. Lembaga inilah yang kemudian yang berkembang
padamasa Dinasti Abbasyiah. Madrasah ini dapat di temukan di Baghdad, Balkar,
Isfahan, Basrah,Musail dan kota lainya mulai dari tingkat rendah, menengah,
serta meliputi segala bidang ilmu pengetahuan.
4. Gerakan Penerjemah
Pelopor gerakan penerjemah pada awal
pemerintahan Dinasti Abbasyiah adalah khalifah al-Mansur yang juga
membangun kota Baghdad. Dia mempekerjakan orang-orang Persia yang baru masuk
Islam seperti Nuwbhat, Ibrahim al-Fazari dan Ali Ibnu Isa untuk menerjemahkan karya-karya
berbahasa Persia dalam bidang Astronomi yang sangat berguna bagi kafilah dengan
baik dari darat maupun laut. Buku tentang ketatanegaraan dan politik serta
moral seperti kalila wa Dimma Sindhind dalam bahasa Persia diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab. Selain itu, Manuskrip berbahasa Yunani seperti logika karya
Aristoteles, Al-Magest karya Ptolemy, Arithmetic
karya Nicomachus dan Gerase, Geometri karya
Euclid. Manuskrip lain yang berbahasa Yunani Klasik, Yunani Bizantium dan
Bahasa Pahlavi (Persia Pertengahan),bahasa Neo-Persia dan bahasa Syiria juga di
terjemahkan.
Penerjemahan
secara langsung dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab dipelopori oleh Hunayn
Ibn Isyaq (w. 873 H) seorang penganut Nasrani dari Syiria. Dia memeperkenalkan metode
penerjemahan baru yaitu menerjemahkan kalimat, bukan kata per kata. Metode ini lebih
dapat memahami isi naskah karena sturktur kalimat dalam bahasa Yunani berbeda dengan
sturktur kalimat dalam bahasa Arab.
Pada masa al- Ma’mun karena keinginan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan demikian pesat, dia membentuk tim penerjemah yang diketuai langsung
oleh Hunayn Ibn Isyaq sendiri, dibantu Ishaq anaknya dan Hubaish keponakannya
serta ilmuwan lain seperti QustaIbn Luqa, Jocabite seorang Kristen, Abu Bisr
Matta Ibn Yunus seorang Kristen Nestorian, Ibn A’di, Yahya Ibn Bitriq dan lain-lain. Tim ini bertugas
menerjemahkan naskah-naskah Yunani terutama yang berisi ilmu-ilmu yang sangat
diperlukan seperti kedokteran. Keberhasilan penerjemahan juga didukung oleh
fleksibilitas bahasa Arab dalam menyerab bahasa Asing dan kekayaan kosakata
bahasa Arab.
5. Baitul Hikmah
Baitul Hikmah merupakan
perpustakaan yang juga berfungsi sebagai pengembangan ilmu pengetahuan.
Istitusi ini adalah kelanjutan dari Jandishapur Academy yang ada pada masa Sasania Persia. Namun,
berbeda dari istitusi pada masa Sasania yang hanya menyimpan puisi-puisi dan
cerita-cerita untuk raja, pada masa Abbasiyah intitusi ini diperluas
kegunaannya. Pada masa Harun ar-Rasyid intitusi ini bernama Khizanah al-Hikmah
(Khazanah Kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan
pusat penelitian
Sejak tahun 815 M,
al-Ma’mun mengembangkan lembaga ini dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah.
Pada masa ini juga, Bait al-Hikmah dipergunakan secara lebih modern yaitu sebagai
tempat penyimpanan buku-buku kuno yang di dapat dari Persia, Byzantium,
bahkanEthiopia dan India. Selain itu Bait al-Hikmah berfungsi sebagai kegiatan
studi dan riset astronomi untuk meneliti perbintangan dan matematika. Di
institusi ini al-Ma’mun mempekerjakan Muhammad Ibn Hawarizmi yang ahli bidang
al-Jabar dan Astronomi dan orang-orang Persia bahkan Direktur perpusatakaan
adalah seorang nasionalis Persia dan ahli Pahlewi Sahl Ibn Harun.
6. Bidang Keagamaan
·
Pada masa Abbasiyah, ilmu dan metode tafsir mulai berkembang,
terutama dua metode penafsiran, yaitu Tafsir bil al-Ma’tsur dan Tafsir bi
al- Ra’yi. Tokoh tafsir terkenal seperti IbnJarir at-Tabary, Ibn Athiyah, Abu
Bakar Asam (Mu’tazilah), Abu Muslim Muhammad Ibn BahrIsfahany (Mu’tazilah),
dll.
·
Dalam bidang Hadits, mulai dikenal ilmu pengklasifikasian Hadits
secara sistematis dankronologis seperti, Shahih, Dhaif, dan Madhu’. Bahkan juga
sudah diketemukan kritik Sanad,dan Matan, sehingga terlihat Jarrah dan Takdil
Rawi yang meriwayatkan Hadits tersebut. Ahli Hadits terkenal di zaman ini
adalah; Imam Bukhari (w 256 H), Imam Muslim (w261 H), Ibn Majah (w 273 H), Abu
Daud (w 275 H), at-Tirmidzi, An- Nasa’I (303 H), dll.
·
Dalam bidang Fiqh, mucul kitab Majmu’ al-Fiqh karya Zaid Ibn Ali
(w 740) yang berisi tentang Fiqh Syi’ah Zaidiyah. Kemudian lahir Fuqaha seperti
Imam Hanafi (w 767 ), seorang hakim agung dan pendiri Madzhab Hanafi, Malik Ibn
Anas (w 795 M), Muhammad Ibn Idris as- Syafe’i (820 M), Imam Ahmad Ibn Hambal (
w 855 M).
·
Dalam bidang filsafat dan Ilmu kalam, lahir para filosof
Islam terkemuka seperti Ya’qub Ibn Ishaq al-Kindi, Abu Nasr Muhammad al-Farabi,
Ibn Barjah, Ibn Tufail, dan Imam Ghazali. Dan ilmu Kalam, Mu’tazilah pernah
menjadi Madzhab utama pada masa Harun ar-Radyid dan al- Ma’mun. diantara ahli
ilmu Kalam adalah Washil Ibn Atha’, Abu Huzail al-Allaf, Adh Dhaam,Abu Hasan
Asy’ary, dan Iman Ghazali.
·
Ilmu Lughah juga berkembang dengan pesat karena bahasa Arab
semakin dewasa dan memerlukan suatu ilmu bahasa yang menyeluruh. Ilmu bahasa
yang dimaksud adalah Nahwu, Sharaf, Ma’ani, Bayan, Badi, Arudh, dan Insya. Ulama
Lughah yang terkenal adalah Sibawaih (w 183 H), Mu’az al-Harra (w 187 H), Ali
Ibn Hamzah al-Kisai (w 208 H), dll
·
Ilmu Tasawuf
berkembang pesat terutama pada masa Abbasiyah II dan seterusnya. Diantaratokoh
tasawuf yang terkenal adalah al-Qusayiri (w 456 H), Syahabuddin (w. 632 H),
Imam al-Ghazali (w. 502 H), dan lain-lain
7. Kemajuan Ilmu Pengetahuan Sains dan
Teknologi
Adapun kemajuan yang dicapai umat Islam
pada masa Dinasti Abbasiyah dalam bidang ilmuPengetahuan, sains dan teknologi
adalah
·
Astronomi,
Muhammad Ibn Ibrahim al-Farazi (w. 777 M), ia adalah astronom muslim pertama
yang membuat astrolabe, yaitu alat untuk mengukur ketinggian bintang. Disamping
itu, masih ada ilmuwan-ilmuwan Islam lainnya,seperti Ali Ibn
Isa al-Asturlabi, al-Farghani, al-Battani, al-Khayyam dan al-Tusi.
·
Kedokteran,pada
masa ini dokter pertama yang terkenal adalah Ali Ibn Rabban al-Tabari pengarang
buku Firdaus al-Hikmah tahun 850 M, tokoh lainnya adalah ak-razi, al-Farabi,
dan Ibn Sina.
·
Ilmu
Kimia, bapak kimia Islam adalah Jabir Ibn Hayyan (w. 815 M), al-Razi, dan
al-Tuqrai yanghidp pada abad ke 12 M.
·
Sejarah
dan Geografi, pada masa ini sejarawan ternama abad ke3 H adalah Ahmad Ibn
al-Yakubi, Abu Ja’far Muhammad Ja’far Ibn Jarir
al-Tabari. Kemudianahli Bumi yang termasyur adalah Ibn Khurdazabah (w. 913 H).
D. Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah
Pada
periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan di bawah
pimpinan Al-Mahdi, Al-Hadi, Harun ar-Rasyid, Al-Makmun, Al-Muktasim, Al-Wasiq,
dan Al-Mutawakkil. Berikut sekilas informasi mengenai khalifah pada masa
keemasan Bani Abbasiyah tersebut:
1. Al-Mahdi
(775-785 M)
Al-Mahdi
dilahirkan di Hamimah pada tahun 126 H. Sewaktu ayahnya, Al-Manshur, menjadi
khalifah, Al-Mahdi berusia 10 tahun. Sementara itu, Isa bin Musa sebagai putra
mahkota calon pengganti Al-Manshur menurut perjanjian yang dibuat oleh
AbulAbbas ash-Shaffah.
Meskipun
begitu, Al-Manshur berniat mencalonkan anaknya menjadi penggantinya kelak. Oleh
karena itu, ia mengambillangkah-langkah untuk mengasuh dan mengajari anaknya
ten tang kepahlawanan dan cara-cara memimpin tentara.
Ketika Al-Mahdi menjadi khalifah, negara
telah dalam keadaan stabil dan mantap, dapat mengendalikan musuh-musuh, dan
kondisi keuangan pun telah terjamin. Maka dari itu, masa pemerintahan Al-Mahdi
terkenal sebagai masa yang makmur dan hidup dalam kedamaian.
Al-Mahdi memberi perintah supaya dibangun
beberapa buah bangunan besar di sepanjang jalan yang menuju Makkah sebagai
tempat persinggahan para musafir. Selain itu, ia juga memerintahkan agar dibuat
kolam-kolam air demi kepentingan kelompok-kelompok kafilah dan hewan-hewan
mereka, sekaligus mengadakan hubungan pos di antara kota Baghdad dan
wilayah-wilayah Islam yang terkemuka.
2. Al-Hadi (775-786 M)
Al-Hadi adalah khalifah pengganti
Al-Mahdi, yang merupakan anaknya sendiri. Pada tahun 166 H, Al-Mahdi melantik
pula anaknya lainnya, yaitu Harun ar-Rasyid sebagai putra mahkota calon
pengganti Al-Hadi. Jikalau Al-Mahdi wafat, Al-Hadi dilantik menjadi khalifah
yang menggantikannya secara resmi.
Khalifah Al-Hadi adalah khalifah yang
tegas, walaupun ia gemar bersenda gurau, tetapi ini tidak melalaikannya dari
memikul tanggung jawab. Seperti yang telah diketahui, ia berhati lembut,
berjiwa bersih, berakhlak baik, baik tutur katanya, senantiasa berwajah manis,
dan jarang menyakiti orang.
3. Harun
ar-Rasyid (785-809 M)
Harun ar-Rasyid dilahirkan di Raiyi pada
tahun 145 H. Ibunya adalah Khaizuran, mantan seorang hamba yang juga ibunda
Al¬Hadi. Ia telah diasuh dengan baik agar berkepribadian kuat dan berjiwa
toleransi.Ayahnya, Al-Mahdi, telah memikulkan beban yang berat, bertanggung
jawab dalam memerintah negeri dengan melantiknyasebagai amir di Saifah pada
tahun 163 H. Selanjutnya, pada tahun 164 H, Harun ar-Rasyid dilantik dan
memerintah seluruh wilayah Anbar serta negeri-negeri di Afrika Utara. Harun
ar-Rasyid telah melantik pula beberapa orang pegawai tinggi, yang bertugas
mewakilinya di kawasan-kawasan tersebut.
Kepribadian dan akhlak Harun ar-Rasyid
dinilai baik dan mulia, yang menyebabkannya sangat dihormati dan disegani.
Iatermasuk salah satu khalifah yang suka bercengkrama, alim, dan dimuliakan.
Selain itu, is juga terkenal sebagai seorang pemimpin yang pemurah dan suka
berderma. Ia pun menyukai musik dan ilmu pengetahuan, serta dekat dengan para
ulama dan penyair.
Pada zaman pemerintahan Harun ar-Rasyid,
baitul rnal menanggung narapidana dengan memberikan makanan yang cukupserta
pakaian. Sebelum itu, Al-Mahdi juga berbuat demikian, tetapi atas nama pemberian,
sedangkan Harun ar-Rasyid menjadikannya sebagai tanggung jawab baitul mal.
Khalifah Harun ar-Rasyid mampu membawa
negeri yang dipimpinnya ke masa kejayaan, kemakmuran, dan kesejahteraan.Bahkan,
hisa dikatakan bahwa masa keemasan Dinasti Abbasiyahpada masa kepemimpinan
Harum ar-Rasyid. Wilayah Irak padamasa kekuasaannya menjadi pusat ilmu
pengetahuan dan kebu¬dayaan di dunia Timur. Rota Baghdad menjadi ibu kota pemerintahan
sekaligus kota terpenting di Irak. Hingga masa kekuasaan Al-Muktasim, ibu kota
Dinasti Abbasiyah rnasih herada di Baghdad.
Berikut
usaha-usaha Harun ar-Rasyid selama masa peme-rintahannya:
·
Mengembangkan bidang ilmu pengetahuan
dan seni,
·
Membangun gedung-gedung dan sarana
sosial,
·
Memajukan bidang ekonomi dan industri,
serta
·
Memajukan bidang politik pertahanan dan
perluasan wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
4. Al-Makmun
(813-833 M)
Nama
lengkap Al-Makmun adalah Abdullah Abdul Abbas al-Makmun. la ialah anak dari
Khalifah Harun ar-Rasyid yang dilahirkan pada 15 Rabi'ul Awal tahun 170 H atau
786 M. Kelahirannya bertepatan dengan wafatnya sang kakek, yaitu Musa al-Hadi,
juga bersamaan dengan masa ayahnya diangkat menjadi khalifah. Sedangkan, ibunda
Al-Makmun adalah seorang mantan hamba sahaya yang bernama Marajil.
Selain
sebagai seorang pejuang yang pemberani, Al-Makmun juga sebagai seorang
pengusaha yang bijaksana. Semangat ber¬karya, bijaksana, pengampun, adil, dan
cerdas merupakan sifat¬sifat yang menonjol dalam kepribadiannya.
Selama
menjabat sebagai pemimpin Bani Abbasiyah, Al-Makmun telah berusaha melakukan
perbaikan-perbaikan berikut:
·
Menghentikan berbagai gerakan
pemberontakan demi men-ciptakan stabilitas dalam negeri.
·
Penertiban administrasi negara untuk
penataan kembali sistem pemerintahan.
·
Pembentukan badan negara.
·
Pembentukan baitul hikmah dan majelis
munazarah. Baitul hikmah berfungsi sebagai perpustakaan (daural-kutub), yang di
dalamnya turut aktif para guru dan ilmuwan, yang aktivitasnya berupa
penerjemahan, penulisan, dan penjilidan.
5. Al-Muktasim
(833-842 M)
Abu
Ishak Muhammad al-Muktasim lahir pada tahun 187 H. Ibunya bernama Maridah. Ia
dibesarkan dalam suasana ketentaraan, karena sifat berani dan minatnya menjadi
pahlawan. Pada masa pemerintahan Al-Makmun, Al-Muktasim
merupakan"tangankanannya" dalam menyelesaikan kesulitan dan memimpin peperangan.
Selain itu, Al-Makmun juga melantik Al-Muktasum
sebagai pemerintah di negeri Syam dan Mesir, kemudian melantiknya pula
sebagai putra mahkota.
Al-Muktasim
menyandang jabatan khalifah sesudah wafatnya Al-Makmun. Iaberpindahke
Samarabersama angkatan tentaranya. Di sana, ia mendirikan istana, masjid, dan
sekolah-sekolah. Tidak lama kemudian, Samara semakin megah seperti Baghdad,
tetapi is tidak pernah menggantikan Baghdad sebagai pusat intelektual yang
besar. Hal ini juga didukung oleh kondisi perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa itu, yang turut berkembang dengan pesat; bukan hanya ilmu pengetahuan
umum, melainkan juga ilmu pengetahuan agama.
6. Al-Wasiq
(842-847 M)
Al-Wasiq
dilahirkan pada tahun 196 H. Ibunya adalah keturunan Roma bernama Qaratis.
Al-Wasiq berkepribadian luhur, berpikiran cerdas, dan berpandangan jauh dalam
mengurus segala perkara. Ayahnya telah memberinya kekuasaan di Baghdad, ketika
Al-Muktasim berpindah ke Samara bersama-sama dengan angkatan tentaranya, kemudian
melantiknya sebagai putra mahkota calon khalifah.
Al-Wasiq
telah menyandang jabatan khalifah setelah wafatnya Al-Muktasim, ayahnya.
Al-Wasiq adalah penguasa yang sangat cakap, pemerintahannya mantap, dan penuh
perhatian. Ia banyak memberikan uang dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Pada
masa pemerintahannya, industri maju dan perdagangan lancar.
7. Al-Mutawakkil
(847-861 M)
AI-Mutawakkil atau Ja'far al-Mutawakkil
adalah putra dari Al-Muktasim Billah (833-842 M) dari seorang wanita Persia. Ia
menggantikan saudaranya Al-Wasiq. Selama masa pemerin-tahannya, Al -Mutawakkil
menunjukkan rasa toleran terhadap sesama. Ia mengandalkan negarawan Turki dan
pasukannya untuk untukmeredarn pemberontakan dan memimpin
pasukan menghadapi pasukan asing. Ia wafat pada 11 Desember 861 M.
E. Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Sebagaimana
terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak
periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor
penyebab kemunduran ini tidak
datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama,
hanya karena Khalifah pada
periode ini sangat
kuat, benih-benih itu
tidak sempat berkembang. Dalam sejarah
kekuasaan Bani Abbas
terlihat bahwa apabila
Khalifah kuat, para
menteri cenderung berperan sebagai
kepala pegawai sipil,
tetapi jika Khalifah
lemah, mereka akan berkuasa mengaturroda pemerintahan.
Disamping
kelemahan Khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi
mundur, masing-masing faktor
tersebut saling berkaitan
satu sama lain. Beberapa
diantara nya adalah sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Persaingan
antar Bangsa
Kecenderungan
masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal
Khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para Khalifah adalah orang-orang
kuat yang mampu menjaga keseimbangan
kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil,seorang
Khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki tidak
terbendung lagi. Sejak itu
kekuasaan Daulah Abbasiyyah sebenarnya sudah berakhir.
b. Kemerosotan
Ekonomi
Kondisi
politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi
ekonomi yang buruk
memperlemah kekuatan politik
Dinasti Abbasiyah.Kedua faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan
c. Konflik Keagamaan
Konflik yang
melatarbelakangi agama tidak
terbatas pada konflik
antara Muslim dan Zindikatau Ahlussunnah dengan Syi’ah
saja, tetapi juga antara aliran dalam Islam.
d. Perkembangan Peradaban dan Kebudayaan
Kemajuan
besar yang dicapai Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup
mewah, yang kemudian ditiru oleh para haratawan dan anak-anak pejabat
sehingga menyebabkan roda
pemerintahan terganggu dan
rakyat menjadi miskin.
2.
Faktor Eksternal
a. Perang
Salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
b. Serangan
tentara Mongol kewilayah kekuasaan Islam.
Jengis Khan
dan keturunannya merupakan
salah satu penyebab
utama kehancuran kekuasaan politik
umat Islam. Jengis
Khan berasal dari
Mongolia. Setelah menguasai Peking
tahun 1212 M,
ia mengalihkan serangannya
ke Barat. Satu demi satu
dinasti-dinasti Islam jatuh
ke dalam kekuasaannya.
Transoxania dan Khawarizm jatuh
tahun 1219/1220 M;
dinasti Ghazna pada
tahun 1221 M; Azarbaijan tahun 1223 M; dan Saljuk di
Asia Kecil tahun 1243 M. Serangan ke Baghdad,
ibu kota kekhalifahan
Abbasiyyah, dilakukan oleh Hulagu
Khan (anak Jengis
Khan). Baghdad dihancurkan oleh Hulagu
Khan pada tanggal 10
Februari 1258 M.
Dari sini ia
melanjutkan ekspansinya ke
Suriah dan ingin menuju
Mesir. Tetapi di
Ain Jaluth (Goliath)
ia dikalahkan oleh
Baybars, seorang jenderal Mamluk
dari Mesir, pada
tahun 1260 M. Hulaghu
Khan akhirya mendirikan dinasti
Ilkhan di bekas kekuasaan Abbasiyah.
F. Ilmuan-Ilmuan Islam
1.
Bidang
Ilmu Naqli
a.
Ilmu
Fiqh
Pada
masa Dinasti Abbasiyah, lahirlah para tokoh fuqaha’ (ahli fiqh) pendiri
madzhab, yakni : Imam Abu Hanifah (700-767 M), Imam Malik (719-795 M), Imam
Syafi’I (767-820 M), Imam Ahmad bi Hanbal (780-855 M).
b.
Ilmu
Tafsir
Dari tafsir-tafsir yang
ada, cara penafsirannya dibedakan menjadi dua, yakni :
·
Tafsir bi al-ma’tsur, yaitu menafsirkan al-Quran dengan hadist Nabi
Muhammad SAW. Mufasir masyhur golongan ini pada masa Abbasiyah antara lain Ibnu
Jarir ath-Thabari (dengan tafsirnya sebanyak 30 juz), Ibnu Athiyah al-Andalusy
(Abu Muhammad bin Athiyah), serta Al-Suda yang mendasarkan penafsirannya pada
Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan para sahabat lainnya.
·
Tafsir bial-ra’yi, yaitu menafsirkan al-Quran menggunakan akal, dengan
memperluaskan pemahaman yang terkandung di dalamnya. Musafir masyhur golongan
ini pada masa Abbasiyah antara lain Abu Bakar Asma (Mu’tazilah) dan Abu Muslim
Muhammad bin Nashr al-Isfahany (Mu’tazilah), dengan kitab tafsirnya 14 jilid.
c.
Ilmu
Hadist
Hadist
adalah sumber hokum Islam kedua setelah Al-Qur’an. Di antara ahli hadist pada
masa Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut : Imam Bukhari (194-256 M) dengan
karyanya Shahih Bukhari, Imam Muslim (w.261 H) dengan karyanya Shahih Muslim, Ibnu Majah, dengan karyanya Sunan Ibnu Majah, Abu Dawud, dengan karyanya Sunan Abu Dawud, Imam
Nasa’I, dengan karyanya Sunan Nas’I, Imam Baihaqi.
d.
Ilmu
Kalam
Kajian para ahli ilmu
kalam (teologi) mengenai dosa, pahala, surga neraka serta perdebatan tentang
ketuhanan atau tauhid bisa menghasilkan suatu ilmu, yaitu ilmu kalam atau
teologi. Di antara tokoh ilmu kalam adalah sebagai berikut : Imam Abu Hasan
al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi (tokoh Asy’ariyah), Wasil bin Atha’
dan Abu Huzail al-Allaf (tokoh Mu’tazilah), Al-Juba’i.
e.
Ilmu
Bahasa
Ilmu-ilmu
bahasa yag berkembang pada masa DInasti Abbasiyah adalah ilmu nahwu, ilmu
sharaf, ilmu bayan, ilmu badi’, dan arudl. Dalam hal ini, bahasa Arab dijadikan
sebagai bahasa ilmu pengetahua sekaligus alat komunikasi antar bangsa. Di
antara ahli ilmu bahasa ialah sebagai berikut: Imam Sibawaih (w.183 H) dengan
karyanya terdiri atas 2 jilid setebal 1000 halaman, Al-Kisa;i. Abu Zakaria
al-Farra (w.208 H), kitab Nahwu terdiri atas 6.000 halaman lebih.
2.
Perkembangan
Bidang Ilmu Aqli
a.
Filsafat
·
Al-Kindi (811-874 M)
Masyhur sebagai filsuf muslim pertama.
Ia mengarang sekitar 236 kitab tentang ilmu mantik, filsafat, handasah, hisab,
music, nujum, dsb. Di antara karyanya adalah Kimiyatul Itri, Risalahfi Faslain,
Risalah fi Illat an-Nafs ad-Damm.
·
Al-Farabi (870-950 M)
Di antara karyanya ialah Tahsilus
Sa’adah, Assiyatul Madaniyah, Tanbih ala Sabilis Sa’adah dan lain-lain.
·
Ibnu Sina (980-1037 M)
Ia adalah seorang dokter dan filsuf
pertama. Ibnu Sina meninggalkan karyanya sebayak 200 buah. Diantara karya
filsafatnya adalah Al-Isyarat wa at-Tanbihat, Mantiq al-Masyriqiyyin dan
lain-lain.
·
Ibnu Bajjah (453-523 H)
Beberapa karyanya terkait filsafat
antara lain Tadbirul Muttawahhid, Fi an-Nafs dan Risalatul Ittisal.
·
Ibnu Rusyd (529-595 H)
Diantara karyanya dalam bidang filsafat
adalah Mabadiul Falsafah, Tahafutut Tahafut, Kulliyan dan lain-lain.
·
Ibnu Thufail (225-287 H)
Diantara karyanya adalah Hayy bin
Yaqzan.
·
Al-Ghazali (1058-1111 M)
Diantara karyanya adalah Tahafutul
Falasifah, Ar-Risalatul Qudsiyah dan Ihya’Ulumuddin.
b.
Ilmu
Kedokteran
·
Abu Zakaria Yahya bin Mesuwaih (w.242
H). Ia seorang ahli farmasi di Rumah Sakit Jundishapur, Iran.
·
Abu Bakar ar-Razi (864-932 M), yang
dikenal sebagai Ghalien Arab.
·
Ibnu Sina. Karyanya yang terkenal adalah
Al-Qanun fi ath-Thib tentang dan praktik ilmu kedokteran, serta pengaruh
obat-obatan, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, yakni Canon of Medicine.
·
Ar-Razi. Ia adalah tokoh pertama yang
membedakan antara penyakit cacar dengan measles, sekaligus penulis buku tentang
kedokteran anak.
c.
Matematika
Terjemahan
dari buku-buku asing ke dalam bahasa Arab menghasilkan karya dalam bidang
matematika. Di antara ahli matematika islam yang terkenal adalah Al-Khawarizmi.
Ia adalah pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung) dan penemu angka
nol. Sedangkan, angka lain 1,2,3,4,5,6,7,8,9 dan 0 disebut angka Arab, karena
diambil dari Arab. Sebelumnya, dikenal angka Romawi I,II,III,IV,V dan
seterusnya. Tokoh lainnya adalah Abu al-Wafa Muhammad bin Ismail bin al-Abbas
(940-998 M) yang terkenal sebagai ahli ilmu matematika.
d.
Farmasi
Di antara ahli farmasi
pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baithar. Karyanya yang terkenal adalah
Al-Mughni (mengupas tentang obat-obatan) serta Jami al-Mufradat al-Adawiyah
(mengkaji tentang obat-obatan dan makanan bergizi).
e.
Ilmu
Astronomi
·
Abu Manshur al-Falaki (w.272 H). Karyanya yang terkenal
adalah Isbat al-Ulum dan Hayat al-Falak.
·
Jabir al-Batani (w.319 H). Ia adalah
pencipta teropong bintang pertama. Karyanya yang terkenal adalah kitab Ma’rifat
Mathil Buruj Baina Arbai al-Falak.
·
Raihan al-Bairuni (w.440 H). Karyanya
adalah At-Tafhim li Awal as-Sina at-Tanjim.
·
Al-Farazi pencipta Astro Lobe
·
Abul Wafat menemukan jalan ketiga dari
bulan.
f.
Geografi
·
Abul Hasan al-Mas’udi (w.345 H atau 956
M). Ia adalah seorang penjelajah yang mengadakan perjalanan ke Persia, India,
Sri Lanka dan Tiongkok, sekaligus penulis buku berjudul Muruj az-Zahab wa
Ma’din al-Jawahir.
·
Ibnu Khurdazabah (820-913 M). Ia berasal
dari Prsia, yang dianggap sebagai ahli geografi tertua. Diantara karyanya
adalah Masalik wa al-Mamalik, yang membahas tentang data-data penting terkait
sistem pemerintahan da peraturan keuangan.
·
Ahmad el-Ya’kubi. Ia adalah penjelajah
yang pernah mengadakan perjalanan ke Armenia, Iran, India, Mesir dan Maghribi,
sekaligus penulis buku berjudul Al-Buldan.
·
Abu Muhammad al-Hasan al-Hamdani (w.334
H atau 946 M). Karyanya berjudul Sifatu Jazirah al-Arab.
g.
Sejarah
Pada masa Dinasti Abbasiyah muncul
tokoh-tokoh sejarah diantaranya ialah Ahmad bin Ya’kubi (w.895 M) dengan
karyanya berjudul Al-Buldan (negei-negeri) dan At-Tarikh (sejarah).
h.
Sastra
·
Abu Nuwas. Ia termasuk salah satu
penyair terkenal dengan cerita humornya.
·
An-Nasyasi. Ia adalah penulis buku
berjudul Alfu Lailah wa Lailah (The Arabian Night). Buku ini merupakan buku
cerita “Seribu Satu Malam” yang snagat terkenal dan diterjemahka ke dalam
hamper seluruh bahasa dunia.